SEJARAH JURNALISME WARGA DI DUNIA DAN DI INDONESIA
TUGAS
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Jurnalisme Online

oleh :
Kelompok 1
1. ABDUL AZIZ 5.
MAULIDA SAPUTRI
2. ELVI ERAYANTI 6.
MUHAMMAD AKMAL
3. FITRIA 7.
TEUKU RIFKI FAUZAN
4. KIK DWI NINGTYAS 8.
ZAKIA ULFA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini, yang merupakan salah satu tugas mata kuliah Jurnalisme Online.
Makalah ini berjudul
“Sejarah Jurnalisme Warga di Dunia Dan di Indonesia“. Judul makalah ini disediakan oleh Bapak Dimas selaku Dosen Mata
Kuliah Jurnalisme Online.
Dalam kesempatan
yang sangat berbahagia ini, tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Dimas yang telah memberikan bimbingan dalam materi sebelumnya.
Penulis menyadari
betul bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
penulisan maupun pembahasan. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya ilmu yang
penulis miliki, oleh karena itu penulis dengan senang hati mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah
ini demi masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini
menambah pembendaharaan sumber informasi bagi pembaca maupun bagi penulis.
Lhokseumawe, 3 Maret 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3
Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Jurnalisme Warga
2.2
Sejarah Jurnalisme Warga
2.3
Sejarah Jurnalisme Warga di Dunia
2.4
Sejarah Jurnalisme Warga di Indonesia
2.5
Kelebihan
& Kekurangan Jurnalisme Warga
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Jurnalisme
berkembang demikian pesat didukung perkembangan teknologi informasi di dunia
maya. Orang-orang mulai berani mengemukakan pikirannya karena kemudahan yang
ditawarkan oleh dunia maya, dibandingkan dengan media massa lain, jaringan
internet memiliki akses mudah, cepat, dan dapat dibaca oleh semua orang.
Tulisan yang ditampilkan tidak berasal dari wartawan ataupun penulis
professional yang telah berpengalaman, tetapi orang-orang yang mau mengemukakan
pikirannya. Karena setiap individu memiliki hak untuk tahu dan memberitahukan.
Saat
ini, pers semakin luas dengan melibatkan warga sebagai bagian dari informasi
yang melahirkan semangat berbagi untuk menyampaikan informasi kepada publik. Lahirnya
pers warga meski berbeda hari maupun motifasinya, namun konteknya sama yaitu
menyampaikan informasi. Pers warga terbentuk saat terjadinya sebuah bencana
manakala para pekerja pers dalam hal ini wartawan, tidak bisa meliput kejadian
penting secara langsung, sebut saja peristiwa tsunami yang terjadi tahun 2004
yang lalu.
Peristiwa
yang luput dari para wartawan media itulah yang membuka peluang warga untuk
menyampaikan informasi di lingkungannya. Dari sinilah cikal bakal lahirnya pers
masa depan yang sudah berjalan melalui media jurnalisme warga.
Dengan
melibatkan warga dalam kontek Citizen Journalism ini, banyak keuntungan yang
didapat, baik bagi media itu sendiri juga warga tersebut dengan tersalurkannya
sebuah wacana ataupun sekedar informasi dengan melibatkan warga sebagai bagian
dari kebebasan berekpresi, sehingga apa yang disampaikan, murni dari sumbernya
tanpa dimonopoli oleh politik ataupun bentuk lainnya.
Kebebasan
pers yang berdampingan dengan warga, sangat dibutuhkan untuk saling memberikan
timbal balik, karena saat ini publik semakin cerdas dengan adanya istilah
“melek media “, dimana warga saat ini bukan lagi hanya konsumen informasi, tapi
dengan melibatkan publik sebagai produsen sekaligus konsumen informasi sangat
membantu untuk melengkapi kekurangan media. Berkembangnya kebebasan berekpresi inilah yang
memperkuat keberadaan Citizen Journalist, karena saat ini komunitas-komunitas
pers warga sudah semakin banyak dan berkembang bagaikan cendawan yang tumbuh
dimusim hujan.
Jadi, jurnalisme
warga tidak bertujuan menciptakan keseragaman opini publik namun lebih kepada
“inilah yang terjadi di lingkungan kita”. Citizen journalism dinilai sebagai
bentuk partisipasi aktif masyarakat untuk menyuarakan pendapat secara lebih
leluasa, tersruktur, serta dapat diakses secara umum dan sekaligus menjadi
rujukan alternatif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud dengan jurnalisme warga?
2.
Bagaimana
sejarah jurnalisme warga?
3.
Bagaimana
sejarah jurnalisme warga di dunia!
4.
Bagaimana
sejarah jurrnalisme warga diindonesia!
5.
Apa
saja kelebihan dan kekurangan jurnalisme warga!
1.3 TUJUAN PENULISAN
Untuk
mengetahui dan mendeskripsikan apa sih jurnalisme warga dan bagaimana
sejarahnya serta kelebihan dan kekurangan jurnalisme warga.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN JURNALISME WARGA
Istilah citizen
journalism atau yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yakni sebagai
jurnalisme warga. Citizen journalism adalah kegiatan masyarakat yang “bermain
dengan aktif dalam proses mengumpulkan, melaporkan, menganalisis, dan
menyebarkan informasi dan berita”.
Jurnalisme warga adalah jurnalisme di mana warga
memproduksi informasi sendiri secara amatir tanpa adanya campur tangan media
arus utama tentang isu seputar warga dan beragam informasi aktual, tajam dan
terpercaya lainnya, yang sedang hangat di bicarakan, berkembang ataupun yang
telah berlalu, sekehendak hati pewartanya. Singkatnya saja, jurnalisme ini
hampir seperti demokrasi ala Indonesia, dimana “Jurnalisme warga
dari warga, oleh warga, tentang warga dan untuk warga“.
Jurnalisme warga inilah yang menjadi
sejarah baru di dunia pers, sehingga warga dan pers hidup saling berdampingan
dalam menyampaikan informasi kepada publik dengan semangat berbagi. Citizen Journalism sendiri sebenarnya
lahir tanpa disadari, saat peristiwa tsunami tersebut menganugrahkan letikan
inspirasi dari seorang korban tsunami “Cut
Putri“ yang saat itu berada di lokasi kejadian. Peristiwa yang direkam Cut Putri itulah yang dicari media
karena moment yang sangat berarti untuk sebuah pemberitaan. Keterbatasan media
akhirnya membuka semua mata untuk melibatkan warga bagian dari sumber
informasi.
Peristiwa-peristiwa
tak terduga itulah yang terkadang terlewatkan oleh media, karena saat peristiwa
penting, belum tentu seorang wartawan berada di tempat. Nah, disinilah peran
Citizen Journalism. Istilah Citizen Journalism sudah sangat dekat di telinga
kita bahkan saat ini, pers warga sudah melembaga dengan adanya organisasi
idependen PPWI ( Persatuan Pewarta Warga Indonesia), sehingga keberadaan
Citizen Journalism sudah diakui baik oleh media maupun para pengamat pers.
Citizen
journalism merujuk pada pengertian di mana masyarakat biasa bisa berkontribusi
untuk menghasilkan produk jurnalisme (terutama informasi) yang dibutuhkan orang
lain. Tak perlu seseorang harus lulus dari jurusan jurnalistik, atau komunikasi
massa, untuk bisa menulis.
Nah, jurnalisme
warga itu bukan hanya mahasiswa atau lulusan dari sekolah jurnalistik tetapi, siapa
saja tidak dilihat dari usia, latar belakang, pekerjaan atau profesi. Apa yang
memicu jurnalisme warga menjadi trend di dunia termasuk indonesia, mengapa
karena kebutuhan kita untuk mengetahui informasi semakin tinggi dan
perkembangan teknologi yang semakin canggih.
Dengan keterlibatan
warga dalam memberitakan sesuatu (jadi, setiap orang adalah wartawan dan kerja
wartawan bisa dilakukan oleh setiap orang). Citizen journalism memberi
pengertian bahwa, setiap pengalaman yang ditemui sehari-hari di lingkungannya,
atau melakukan interpretasi terhadap suatu peristiwa tertentu. Semua individu
bebas melakukan hal itu, dengan perspektif masing-masing.
2.2 SEJARAH JURNALISME WARGA
Perkembangan jurnalisme warga didunia sudah sejak lama
sedangkan di indonesia sendiri pertama kali di tahun 2004 saat tsunami di Aceh,
kemudian video Bom Bali dan terakhir video Gayus Tambunan pada saat nonton
pertandingan tennis di Bali. Jenis media yang dijadikan wadah citizen
journalism semisal, blog, facebook, twitter, forum, mailing list dan
sebagainya.
Sejak
digulirkannya program Citzen Journalism oleh beberapa media baru-baru ini. Pers
semakin berkembang kearah persuasif /pendekatan terhadap berita maupun
jurnalis. Dimana warga biasa bisa menjadi wartawan untuk ikut berperan dalam
mewartakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga jarak antar media dan
masyarakat sangat erat berdampingan.
Mereka adalah
jurnalis yang benar-benar berkarya tanpa pamrih meskipun sekalipun tulisan
mereka tidak pernah mendapat imbalan apa-apa. Tapi mereka benar-benar kesatria pena
yang menulis sesuai hati nurani dan kebenaran. Terkadang
berita yang disajikan fakta namun bisa menjadi sebaliknya. Yang terpenting,
masyaraka luas pandai memilah suatu informasi yang ada didunia maya. Karena,
tidak semua berita yang ada di dunia maya sesuai dengan kejadian yang
sebenarnya. Bisa saja berita yang sudah lama (basi) dibuat ulang. Sebab itu,
pembaca harus pintar dalam menerima suatu informasi.
2.3 SEJARAH
JURNALISME WARGA DI DUNIA
Citizen journalism
mulai berkembang di seluruh dunia sejak kehadiran internet di seluruh dunia.
Perkembangan terbesar di bidang komunikasi 40 tahun terakhir adalah penemuan
dan pertumbuhan internet. Lahirnya komunikasi interaktif ditandai dengan
terjadinya diversifikasi teknologi informasi dengan bergabungnya telepon,
radio, komputer, dan televisi menjadi satu, dan menandai teknologi yang disebut
dengan internet. Teknologi yang tergolong baru ini membuat antarmanusia semakin
tak terlihat seberapa pun jauhnya jarak yang memisahkan.
Sejauh ini, citizen journalism
di dunia sebenarnya telah berlangsung lama, sekitar dua dekade belakangan.
Nicholas Lemann, profesor di Columbia University Graduate School of Journalism,
New York City, Amerika Serikat, mencatat, kelahiran jurnalisme publik dimulai
melalui gerakan pada Pemilu 1988.
Sejarah citizen
journalism sendiri bisa dilacak sejak konsep public journalism dilontarkan oleh
beberapa penggagas, seperti Jay Rozen, Pew Research Center, dan Poynter
Institute. Bersama Wichita News, Eagle, Kansas, para penggagas citizen
journalism mencobakan konsep public journalism dengan membentuk panel diskusi
bagi publik guna mengidentifikasi isu-isu yang dianggap penting bagi publik.
Lalu, Jay Rozen,
seorang profesor bidang jurnalistik di New York University (NYU), adalah salah
satu pelopor pertama citizen journalism atau
jurnalisme publik. Sejak tahun 1993 hingga 1997, dia memimpin Proyek
dalam Kehidupan Publik dan Pers, berdasarkan Knight Foundation di NYU. Dia juga
yang menjalankan Press Think weblog.
Citizen journalism
tumbuh subur di di Amerika Serikat dalam waktu enam tahun terakhir yang antara
lain dipelopori oleh sejumlah wartawan veteran dan sekolah jurnalistik yang
ingin mengeksplorasi partisipasi masyarakat dalam ekosistem media massa. Model
jurnalisme ini memiliki banyak nama di berbagai belahan dunia. Antara lain, netizen,
partisipatory journalism, dan grassroot journalism.
2.4 SEJARAH JURNALISME WARGA DI INDONESIA
Sejak
rezim orde baru ditumbangkan dengan mundurnya presiden soeharto, di indonesia
mulai berlaku system reformasi, dimana sendi-sendi reformasi ditegakan.
Reformasi berdasarkan demokrasi adalah harapan segenap warga untuk menuju
indonesia yang sejahtera.
Di sini pers
mengambil bagian dalam menegakan demokrasi, bahkan pers disebut sebagai pilar
keempat demokrasi. Kedua hal ini lah yang melatari berkembangnya sebuah sisi
jurnalisme baru, yaitu citizen journalism atau jurnalisme warga. Jurnalisme
warga berkembang demikian pesat didukung perkembangan teknologi informasi di
dunia maya. Orang-orang mulai berani mengemukakan pikirannya karena kemudahan
yang ditawarkan oleh dunia maya, dibandingkan dengan media massa lain, jaringan
internet memiliki akses mudah, cepat, dan dapat dibaca oleh semua orang.
Tulisan yang ditampilkan tidak berasal dari wartawan ataupun penulis
professional yang telah berpengalaman, tetapi orang-orang yang mau mengemukakan
pikirannya. Karena setiap individu memiliki hak untuk tahu dan memberitahukan.
Sejak awal tahun
90-an, jurnalisme warga telah hadir diberbagai stasiun radio dengan program
talkshow yang disajikan oleh stasiun tersebut. Namun, pada saat itu pemerintah
melarang menyiarkan program berita. Lalu, stasiun radio tersebut mengusung
program siaran informasi. Pada program siarannya, stasiun radio tersebut
(diantaranya adalah Radio Mara 106,7 FM di Bandung yang menjadi pionir siaran
seperti ini) menyiarkan acara talkshow yang mengajak pendengar untuk aktif
berpartisipasi melalui telepon untuk menyampaikan informasi maupun pendapat
tentang sebuah topik hangat. Pada masa orde baru acara siaran tersebut efektif
menjadi saluran khalayak menyampaikan keluhan terhadap kelemahan atau kezaliman
penguasa.
Setelah UU Penyiaran
No.32 Tahun 2002, kehadiran community based media di bidang penyiaran pun
akhirnya terakomodasi. kehadiran radio dan televisi komunitas menjadi legal.
legalitas ini membuat peluang jurnalisme ala warga menjadi semakin terbuka.
melalui radio atau televise komunitas, warga bisa bertukar informasi atau
pendapat, tentang hal-hal terdekat dengan keseharian mereka, yang biasanya
luput diliput oleh media-media besar. Pada radio siaran, biaya peralatan, operasional
siaran dan pesawat penerima yang relative murah bahkan sangat murah bila
dibandingkan operasional tv atau akses ke internet. Peluang jurnalisme warga
menjadi semakin besar untuk bisa dilakukan oleh lebih banyak orang termasuk di
pedesaan.
Selain itu, beberapa
mailing list menjadi pelarian warga yang mampu mengakses internet akibat media
massa konvensional saat itu tidak ada yang berani mengkritik rezim. Kehadiran
blog ini baru dianggap sebagai ancaman karena sifat interaktifnya, yang tidak
mungkin dilakukan media massa konvensional.
2.5 KELEBIHAN & KEKURANGAN JURNALISME
WARGA
a.
Kelebihannya, yakni :
Ø Informasi yang diterima dengan cepat
dan mudah,
Ø Biaya mengakses informasi pun
terjangkau,
Ø Bersifat interaktif, sehingga
memungkinkan muncul perdebatan hangan dan menarik antara penulis dan pembaca,
Ø Informasinya mampu menembus ruang dan
waktu,
Ø Adanya kebebasan berbicara,
Ø Setiap
orang memiliki hak untuk memberikan kritik, informasi, opini dan saran secara
terbuka.
b. Kekurangannya, yakni
:
Ø Informasi yang sudah lama dibuat
ulang,
Ø Tidak sesuai dengan apa yang
sebenarnya,
Ø Artikel
atau segala informasi yang dipublikasikan bisa saja masih dangkal dan tidak
sesuai dengan kode etik jurnalistik,
Ø Warga
bisa saja menyalahgunakan kebebasan yang diberikan, dengan menyebarkan
pornografi, penghinaan, berita bohong dan berita lainnya yang sifatnya negatif,
tidak etis dan melanggar hukum.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Apa yang memicu
jurnalisme warga menjadi trend di dunia termasuk Indonesia? Alasannya, karena
kebutuhan kita untuk mengetahui informasi semakin tinggi dan perkembangan
teknologi yang semakin canggih.
Bahwa banyak cerita
bisa dihasilkan oleh warga. Banyak isu yang bisa ditulis oleh warga sendiri
untuk warga. Inilah peran jurnalisme warga. Saatnya warga memproduksi informasi
sendiri, tak hanya mengonsumsi. Saatnya warga berbagi informasi. Lewat apa?
Teknologi informasi jawabannya. Bisa lewat blog (meski makin hari makin
sekarat) atau jejaring sosial termasuk Twitter yang lagi naik daun dan masih
banyak lagi.
keberadaan
jurnalisme warga sangat penting, mengapa? Karena, warga lebih cepat menemukan
sebuah informasi dibandingkan wartawan biasa. Semisal, kasus bencana alam
banjir bandang. Wartawan tidak selamanya langsung berada ditempat lokasi
kejadian disebabkan lokasinya jauh. Nah, disinlah peran warga lebih duluan
turun langsung dan meliput berita tersebut melalui via hanphone atau kamera.
Dengan adanya jurnalisme warga, dapat membantu wartawan dalam memberikan
informasi kepada khalayak.
Sejauh ini,
perkembangan journalisme warga sudah sangat pesat. Dengan didukung alat-alat
teknologi informasi yang sangat canggih. Sehingga memudahkan jurnalisme warga
dalam menyajikan suatu informasi penting.
Jadi, jurnalisme warga
adalah jurnalisme di mana warga memproduksi informasi sendiri secara amatir
tanpa adanya campur tangan media arus utama tentang isu seputar warga dan
beragam informasi aktual, tajam dan terpercaya lainnya, yang sedang hangat di
bicarakan, berkembang ataupun yang telah berlalu, sekehendak hati pewartanya.
Singkatnya saja, jurnalisme ini hampir seperti demokrasi ala Indonesia, dimana “Jurnalisme
warga dari warga, oleh warga, tentang warga dan untuk warga“.
DAFTAR PUSTAKA
- https://elisabetyas.wordpress.com/2010/02/25/jurnalisme-warga-dilihat-dari-berbagai-segi/
- http://saepulohasep35.blogspot.com/2013/05/sejarah-jurnalisme-warga.html
- http://media.kompasiana.com/new-media/2013/05/31/indonesia-menuju-jurnalisme-warga-564394.html
- http://myzone.okezone.com/content/read/2010/10/15/3527/opini
( 25 Mei,12:30 )
- http://essayjurnal08.blogspot.com/2009/12/kebebasan-berpikir-dalam-jurnalisme.html
- ( 25 Mei,12:30)
- http://aguuuuung.blogspot.com/ ( 25 Mei,
12:30 )
- http://m.tubasmedia.com/berita/semangat-berbagi-dalam-kebebasan-pers
- ( 25 Mei,12:30 )
- http://www.klikhati.com/blog/bale-bengong-blog/mari-produksi-informasi-tak-hanya-mengonsumsi/(
25 Mei,12:30 )
- http://kapita-fikom-untar-915080036.blogspot.com/2011/09/maraknya-jurnalisme-warga.html